Kewajiban Puasa Selama 17 Jam Sehari Tak Lantas Buat WNI yang Tinggal di Jepang Melupakan Ramadhan

Jika di Indonesia rata-rata berpuasa kurang lebih selama 14 jam setiap hari dengan cuaca yang bersahabat. Dari mulai jam 4:30 pagi kamu mulai menahan lapar, haus, dan nafsu hingga pukul 6 sore kamu sudah boleh berbuka. Bagi sebagian orang, rutinitas ini mungkin sudah cukup berat.

Nah, sekarang kita bayangkan dengan para WNI yang menjalankan puasa di Jepang yang selalu bertepatan dengan musim panas sehingga waktu berpuasanya lebih panjang yakni 17 jam setiap hari. Ditambah dengan cuaca yang sangat terik dan kondisi lingkungan yang tidak memungkinan untuk menjalankan puasa.

Yap, teman-teman kita yang saat ini berada di Jepang sebagai pelajar atau pemagang harus berpuasa dari sekitar pukul 2:30 pagi sampai pukul 7 malam. Lalu apakah itu membuat WNI di Jepang yang beragama muslim nggak puasa? Tidak! Mereka Insya Allah tetap berpuasa dengan waktu yang lebih panjang itu.

Lama waktu puasa di setiap negara berbeda, tergantung terbit dan tenggelamnya matahari

Islam di Jepang Meningkat
kenshuusei.id

Kamu yang muslim tentunya sudah paham perhitungan waktu berpuasa mengacu pada matahari terbit serta tenggelam. Oleh karenanya, tiap negara mempunyai perhitungan yang berbeda.

Ada yang lebih lama dari Indonesia, namun ada juga yang lebih pendek. Seperti di Australia misalnya yang hanya berpuasa selama 10 jam saja karena di sana mereka sedang menikmati musim dingin, waktu siangnya lebih singkat.

Namun kondisi berbeda terjadi di Jepang dimana bulan puasa bertepatan dengan musim panas, makanya waktu puasa lebih panjang yakni sekitar 17 jam!

WNI yang tinggal di Jepang, tahun ini harus puasa 17 jam sehari! Meski begitu, perintah agama wajib dijalankan.

Islam di Jepang Meningkat
japantimes.co.jp

Di sini imsak jam 3 kurang terus bukanya jam 7 lebih.

Tadinya aku ragu mau puasa karena orang perusahaan gak mengizinkan

Tapi karena disemangati oleh orang tua di rumah aku bertekad untuk puasa, ujar salah satu pemagang yang tinggal di daerah Toyota, Aichi.

Beruntung di Jepang banyak perkumpulan mahasiswa atau pekerja yang sering mengadakan kegiatan bulan Ramadhan sehingga banyak yang menyemangati meskipun cukup berat.

Habis buka puasa, Sholat Isya, lanjut kerja lagi, pulang ke rumah langsung tidur.

Islam di Jepang Meningkat Pesat
newsdog.today

Bagi sebagian pekerja di Jepang, bulan puasa adalah momen yang cukup berat dimana mereka harus tetap bekerja selama belasan jam sambil berpuasa di tengah panasnya natsu (musim panas) yang bisa mencapai 40 derajat celcius.

Waktu berbuka pun banyak dari mereka yang masih berkutat dengan pekerjaan karena harus lembur sampai malam hari. Mungkin waktu Sholat Isya dan Tarawih dikerjakan para kenshuusei setelah pulang ke rumah bersama teman-teman se-apaato.

Setelah sholat, mereka harus langsung tidur karena pukul 2 pagi sudah sahur lagi dan pukul 6-7 pagi harus berangkat ke tempat kerja. Kebayang kan gimana pendeknya waktu makan mereka di Jepang?

Buka puasa jam 7 malam, banyak dari WNI di Jepang yang buka puasa di tempat kerja tidak seperti kebanyakan di Indonesia.

Masjid Jamii

Kalau di Indonesia menjelang bedug maghrib sudah sibuk mau buka di mana dan makan apa. Orang-orang Indonesia yang ada di Jepang justru hampir tak merasakan berbuka puasa seperti itu.

Buka puasa di tempat kerja adalah rutinitas yang harus dijalani, kalaupun bisa berbuka puasa di rumah, paling hanya makan di rumah tidak bisa membeli makanan atau menu buka puasa seperti di Indonesia karena memang tidak ada yang menjual semacam itu di Jepang.

Toko halal food atau masjid di Jepang letaknya cukup jauh dari tempat tinggal dan hanya bisa dikunjungi jika hari libur saja.

Selama bulan puasa, kegiatan mereka tetap sama. Jam kerja tetap ketat, tugas menumpuk dan restoran tetap buka seperti biasa.

Japanese Stret Food

Suasana bulan puasa hampir tak bisa dirasakan di Jepang. Kalaupun ada, mungkin di daerah sekitar masjid. Di Jepang semua aktivitas berlangsung seperti biasa bahkan lebih berat karena cuaca sangat panas.

WNI yang berada di Jepang pun tetap menjalankan rutinitas. Yang bekerja tetap bekerja seperti hari biasa, yang kuliah tetap kuliah.

Wah gimana rasanya ya puasa nggak makan dan minum selama 17 jam ketika musim panas di lingkungan yang tidak memungkinkan seperti Jepang. Pasti mereka menjalaninya sangat luar biasa.

Seberat apapun tantangannya, salut buat kamu yang tetap menjalani puasa di Negeri Sakura.

Islam in Japan
youtube.com

Waktu puasa yang lebih panjang tidak menyurutkan niat lurus para WNI di Jepang untuk tetap melakoni puasa Ramadhan tahun ini. Mungkin ini jadi pengalaman baru dan berbeda yang tidak bisa dirasakan setelah kembali ke Indonesia.

So, mari kita semangat untuk menjalani Bulan Ramadhan kali ini dengan sebaik-baiknya ibadah. Semoga kita diberi kekuatan dan jalan untuk tetap bisa beribadah Ramadhan di Jepang ini. Aamiin!

 

3 pemikiran pada “Kewajiban Puasa Selama 17 Jam Sehari Tak Lantas Buat WNI yang Tinggal di Jepang Melupakan Ramadhan”

  1. Assalamualaikum, jadi inget waktu bulan puasa masuk kerja shift pagi, niat mau coba puasa seharian penuh. Ternyata cuma kuat sampai jam 10 pagi, karena kerja di mesin press kepanasan akhirnya minta tolong senpai beliin air minum.

    Balas

Tinggalkan komentar