Merantau bukan melulu sekadar pindah tempat tinggal atau jauh dari orang-orang tersayang. Lebih dari itu, merantau juga soal mendobrak sekat-sekat, meng-uprade kebiasaan dan berteman dengan keterasingan. Khususnya buat kamu yang saat ini sedang berjuang di Negeri Sakura, Jepang.
Masa-masa awal memulai kehidupan baru di Jepang mungkin akan dipenuhi rasa ragu. Apakah kamu bisa diterima di masyarakat, apakah kamu mampu, sudah tepatkah keputusanmu pergi jauh ke negeri sakura yang segalanya sangat berbeda.

Terkadang ada rasa ingin pulang karena ada sesuatu yang tertinggal di kampung halaman, terbesit juga keinginan untuk kembali kepada kehidupan yang lebih gampang dan lebih nyaman di tanah air sana.
Tapi bukan anak rantau sejati namanya kalau harus pulang terlalu dini. Apalagi, sesungguhnya merantau mampu mengajarkanmu menjadi sebaik-baiknya pribadi. Hei kamu para perantau di Jepang, mau kan berjanji untuk tetap berjuang demi orang-orang tercinta di kampung halaman? Pantang pulang sebelum membawa kesuksesan, Yakusoku shite yo!

Kesalahpahaman dan dibentak Orang Jepang itu wajar terjadi. Dari situ justru kamu banyak belajar dan menempa diri
Di awal masa perantauan, pasti kamu masih belum tahu sampai mana dirimu bisa beradaptasi. Mochiron, semuanya serba berbeda. Dari mulai bahasa yang dipakai, budaya, cuaca sampai karakter orang-orangnya. Jangankan merantau ke negeri seaneh Jepang, pergi ke kota yang terbilang dekat pun bukan hal yang mudah. Jika ada yang merantau dari Pulau Jawa ke Pulau Kalimantan misalnya, meskipun sama-sama Indonesia, pasti akan banyak ditemukan perbedaan adat dan budaya. Apalagi sampai jauh terdampar di Negeri Matahari Terbit.
Teman: “Kamu pengen cepet bisa Bahasa Jepang nggak? Coba deh kamu bilang “cincin” dan “mangkok” ke Cewek Jepang…”
Kamu: “Artinya emang apa brow?”
Teman: Hmm, ya semacam “ohayou” gitu deh!”
Kamu: “Oohhh…” *manut*
Berhubung semuanya masih baru, pasti kamu pun sering salah paham dan melakukan hal yang memalukan. Bukan bermaksud kurang ajar, kamu cuma kurang paham bahwa tindakan kamu itu kurang sopan. Saat menyadari hal itu, kamu pasti malu. Tapi jangan cemas, di awal perantauan, miss communication itu wajar, kamu akan banyak belajar dari situ.
Gue kemarin abis dimarahin nih sama shachou gegara bikin barang NG terus
Hmm, gimana ya biar gue gak bikin NG terus? banyak nanya ke hanchou aja deh…
Oke, mulai sekarang gue nggak bakal gitu lagi!
Tinggal di apaato sendiri, sepi pun melanda di hati. Momen seperti ini justru akan membuat kamu mahir mencari aktivitas untuk mengisi hari

Jika di tanah air, rumah akan selalu ramai dengan kehadiran orang tua, kakak, atau adik membuat kamu tak pernah kesepian. Akhir pekan atau ada waktu senggang pun tak masalah hanya dihabiskan di rumah.
Berbeda kondisinya ketika kamu harus tinggal sendiri di sebuah apaato. Meskipun ada teman-teman sesama perantau Jepang, kamu masih tetap sering merasa kesepian karena mereka juga sibuk dengan urusan mereka sendiri.
Saat seperti itulah kamu harus pandai mensiasati kesepian dengan kesibukan. Misalnya belajar Bahasa Jepang bersama komunitas atau backpacker-an menjelajahi keindahan Negara Jepang. Buat masa perantauan di Jepang yang hanya beberapa tahun dengan membuat banyak pengalaman.
Wah, minggu ini katanya ada acara momijian di Kyoto!
Ikutan aah!
Nyuci baju, beres-beres rumah, cari makan, segalanya mesti dikerjakan sendiri. Daijoubu, itu akan menjadikanmu pribadi yang mandiri!

Biasanya di rumah ada ibu yang membantu menyiapkan segala keperluan kita, ada keluarga yang menemani makan malam. Semua terasa lebih mudah ketika bersama keluarga.
Tapi mau sampai kapan kamu berada di zona nyaman yang melenakan tersebut? Sampai kapan mau menggantungkan diri pada orang lain sekalipun itu keluarga sendiri? Kamu harus berkembang menjadi seseorang yang mandiri, dan semua itu bisa didapat ketika kamu merantau jauh.
Tinggal jauh dari orang terdekat membuat kamu berfikir 2 kali jika ingin meminta bantuan, saat kamu mampu mengerjakannya sendiri, kenapa harus berpangku tangan kepada orang lain?
Merantau di Jepang kamu bisa merasakan tidak enaknya sakit demam di musim dingin, atau kamu harus disuruh kerja lembur melebihi jam kerja normal di musim panas yang terik.
Teman: “Wih mantep lemburannya kenceng, udah banyak nih tabungannya, mau naik haji 3 kali ya..?”
Kamu: “Capek brow gue pengen liburan”
Kangen masakan rumah, belum lagi harus hemat. Mau nggak mau, daripada kantong sekarat

Makanan paling enak dan gratis mungkin cuma kamu dapat di rumah. Ketika di perantauan yang jenis makanannya tidak sesuai dengan lidah kita. Kamu juga tidak bisa makan seenak kamu sendiri mengingat uang yang didapat harus digunakan seefektif mungkin.
Terlalu sering foya-foya di negeri dengan biaya hidup tertinggi di dunia bisa menguras semua tabunganmu yang kamu simpan untuk kebutuhan masa depan setelah kembali ke tanah air.
Cuma keluarga yang benar-benar mengerti keadaan kamu. Nah, itu tandanya kamu harus mulai mengerti perasaan orang lain dan tidak egois

Masa-masa di perantauan, bisa saja posisi kamu menjadi tidak nyaman karena teman-teman se-apaato kurang peka terhadap diri kamu. Perbedaan sifat dari setiap teman terkadang menyebabkan ego menjadi tinggi. Namun sebelum semakin dalam kamu terlarut dalam rasa “ke-aku-an “semata, ada baiknya mulai mengubah pandangan dan pemikiran kalau kamulah yang harus mengerti keadaan orang lain.
Kenapa bukan kamu yang mencoba terlebih dahulu peka terhadap perasaan teman? Bukankah saling mengerti itu lebih baik?
Saat kerja adalah hal yang ingin fokus kamu lakoni, belajarlah memotivasi diri sendiri

Hidup jauh dari keluarga, artinya tak ada yang memantau semua kegiatan kamu. Teman sekamar pun nggak seperti keluarga yang selalu menasihati setulus hati. Hal ini bisa membuat kamu terjebak pada zona malas, toh gak ada yang bakal memarahi kamu saat guling-gulingan di kasur sepanjang hari.
Pergi ke negara yang jaraknya ribuan mil dari Indonesia, sudah sepatutnya kamu tanggap untuk memotivasi dan mengintrospeksi diri sendiri. Lagipula, apa nggak malu jauh-jauh pergi dari rumah dengan biaya yang tidak sedikit lalu di Jepang hanya untuk bermalas-malasan. Mottainai deshou!
Kalau cuma buat malas-malasan di kasur, mending aku pulang aja. Kasur di rumah lebih nyaman dan empuk, di sini sih enaknya kerja ngumpulin yen, bukan malas-malasan.
Di Jepang, hal-hal remeh juga mesti diperhatikan, harus disiplin supaya tidak keteteran

Duh, seragam kerja masih belum kering, tugas Bahasa Jepang belum kelar, sabtu besok zangyou pula.
Hmm, di negara seketat dan disiplin seperti Jepang, kebiasaan buruk seperti ini mana boleh terus-menerus berlanjut? Ini bukan rumah yang apa-apanya ada! Kamu pun harus sudah terbiasa merencanakan segalanya. Bukankah hal itu sudah diajarkan dulu ketika pelatihan di kenshuu sentaa? Semua itu dilakukan agar apa yang kamu inginkan sebagai perantau muda bisa tercapai. agar pengorbananmu untuk pergi jauh meninggalkan rumah tak sia-sia.
Tak ada tempat senyaman rumah sendiri, tapi ketidaknyamanan biasanya akan banyak memberikan ruang berkah

Memang rumah adalah tempat ternyaman, tempat di mana kamu bisa merasakan kehangatan keluarga. Juga tempat di mana kamu tidak perlu mengkhawatirkan berbagai hal. Hmm, namun bukan berarti kamu terus membandingkan kenyamanan rumah dan tempat tinggalmu di Jepang.
Segala ketidaknyamanan yang hadir dalam diri kamu sudah selayaknya kamu berusaha merubahnya menjadi nyaman. Biarkan diri ini berkembang menyesuaikan lingkungan sekitar, akiramenakute, ganbatte kudasai! Bersabarlah untuk menanti waktu di mana kamu akan kembali memeluk hangatnya keluarga tercinta di rumah.
Karena sejauh apapun kamu mengembara, pulang adalah tujuan akhirmu.
Hmm, bagaimana kabar kamu yang saat ini sedang merantau di Negeri Sakura? Daijoubu desuka? atau masih terus mengeluhkan segala sesuatu yang tidak menyenangkan? Atau justru fokus dan semangat mempersiapkan kesuksesan? Apapun itu, yang akhirnya kamu lakukan itu adalah pilihan. Yang harus kamu ingat adalah merantau akan selalu memberimu ruang untuk berkembang.
Silahkan di share kepada para kenshuuseitachi yang saat ini sedang berjuang dan bersabar untuk segera pulang ke tanah air tercinta.
Arigatou gozaimashita!