Saat ini, merantau ke Negeri Sakura (jadi kenshuusei) bukan cuma didominasi oleh para otoko (cowok) saja, cewek pun sudah sangat banyak yang berani mencari pengalaman di Jepang. Entah untuk apa tujuannya, menuntut ilmu atau memang ingin memperbaiki keadaan ekonomi, yang pasti buat para cewek yang saat ini berstatus kenshuusei di Jepang, saya acungi 2 jempol buat kalian !
Bukankah kesempatan bekerja di Jepang pun berhak kamu dapatkan dan rasakan?
Memang sangat berat berjuang di negara yang kondisinya jauh berbeda dengan Indonesia — tapi kamu para shalehatachi sudah siap dengan segala konsekuensinya, kan? Jauh jauh hari sebelum terbang ke Jepang kamu sudah persiapkan apa saja yang bakal terjadi di negeri tak beragama ini.
Jika kamu saat ini sedang sedikit bimbang pada perjuanganmu menjadi kenshuusei, kuatkan diri. Semoga tulisan yang saya buat kali ini bisa sedikit memberikanmu semangat. Ganbatte!
Selamat buat kamu yang siap menghadapi tantangan ini. Shinpai shinaide, kamu pasti bisa mengandalkan dirimu sendiri.

Pilihan bekerja di Jepang tentu bukan hal yang mudah buat kamu. Bahkan keluargamu juga pasti keberatan, kan? Mereka pasti memikirkan keselamatanmu, kamu pun bertanya-tanya apakah kamu bisa aman dan nyaman di perantauan sana. Tapi pada akhirnya kamu berhasi — kamu meyakinkan dirimu sendiri serta mereka, bahwa kamu bisa.
Perempuan tak boleh dianggap makhluk lemah. Pada suatu keadaan, justru perempuan sepertimu memilih untuk tak mau kalah.
Jangan khawatir kamu tak mampu menjaga diri di Jepang. Bukankah lingkungan apaatomu sudah kondusif? kegiatan sehari-hari kamu juga positif, kan?

Mau kenshuusei cewek ataupun cowok, pada dasarnya semua orang perlu menjaga dirinya di Negara sebebas Jepang. Jangan sampai 3 tahun di Jepang membuat hidupmu berubah sampai lupa tujuan utamamu merantau.
Kamu harus memastikan kegiatan sehari-harimu berada pada jalur positif, baik di lingkungan kaisha maupun ketika bergaul di luar.
Ingat tujuan awalmu, kamu harus bisa mengendalikan dirimu, termasuk hal menjaga diri.
Jangan lupa selalu kirim uang pada keluarga, berikan juga kabar baikmu padanya. Jauh dari rumah bukan berarti kamu melupakan orang-orang tersayang di kampung halaman.

Di kampung, pasti orang tuamu khawatir dan menanti-nanti kepulanganmu dengan selamat. Meski tinggal jauh dari orang tua dan hidup serba berkecukupan, urusan memberi kabar dan juga mengirim uang itu perlu.
Jangan salah, hal ini justru adalah kunci kesuksesan kamu di Jepang, selain juga untuk menenangkan hati mereka. Meski kamu terpisahkan oleh jarak dan waktu, tanggung jawab dirimu tetap masih berada di pundak ibu bapakmu.
Memberi kabar orangtua itu kewajibanmu. Atau, paling tidak kamu selalu posting hal-hal yang baik di media sosial. Jangan buat mereka cemas!
Di usiamu yang sudah dewasa ini, kamu mesti sudah paham, bukan hanya perasaan mereka yang harus dijaga, tapi juga pikiranya. Semakin lanjut usia orangtuamu, risiko gangguan kesehatan karena pikiran akan semakin tinggi.
Pasti ada sedikit perbedaan antar temanmu di apaato. Sikapi dengan bijak perbedaannya, ya.

Tinggal dalam satu apaato yang sama dengan teman-teman yang beda daerah sudah pasti bakal ada hal-hal yang perlu disikapi dengan bijak. Kalau di kotamu, perempuan memiliki kebiasaan untuk melakukan ini itu, belum tentu di kota temanmu yang sekarang perempuan bisa seperti itu. Kamu perlu mencatat semua perbedaan yang kamu temukan. Supaya tak terjadi salah paham!
Bertemanlah dengan 1-2 orang Jepang di tempat kerja atau di sekitar apaatomu. Mereka ini bisa menolongmu kalau kamu menemui situasi darurat.

Temanmu sesama Indonesia boleh banyak dan ada di mana saja, tapi jangan lupa untuk menjalin silahturahmi dengan warga lokal yang ada di sana. Nggak harus banyak, paling tidak 1 atau 2 orang. Lebih bagus lagi, kalau skill Nihonggo kamu ditingkatkan agar mudah berkomunikasi dengan mereka.
Keberadaan mereka akan selalu bisa kamu andalkan untuk membantumu di saat situasi darurat. Misalnya, saat tiba-tiba sakit dan minta diantar ke rumah sakit, orang-orang Jepang tadi bisa dengan mudah kamu jangkau untuk membantumu. Tapi inget orang Jepangnya harus perempuan juga, ya!
Gak bisa dipungkiri, cewek itu mudah nyaman dengan perhatian cowok, alangkah lebih baik kamu fokus dengan tujuanmu di Jepang. Sabar, cuma 3 tahun kok!

Meski tomodachi kamu banyak, ada di sana sini. Tapi naluri seorang cewek, tetap saja ingin ada seseorang yang lebih memperhatikan secara spesial. Dan saat ada laki-laki datang dengan perhatian segudang kepadamu, kamu pun sulit untuk menolak perasaan nyaman itu. Hai, ingat tujuanmu di Jepang bukan untuk main-main. Jika kamu ingin dekat dengan laki-laki, pastikan dia harus serius denganmu. Kamu juga tetap harus memperkenalkan dia ke keluargamu. Supaya keluarga kamu pun tahu kehidupanmu di perantauan seperti apa.
Jangan pernah kehabisan tabungan. Manfaatkan waktu 3 tahun di Jepang untuk menabung dan berinvestasi

Kesendirian tak hanya menuntutmu untuk berani, tapi juga mandiri dan cermat mengatur keuangan. Hal-hal penting seperti masalah keuangan perlu kamu pikirkan lagi. Jangan sampai kamu tak pandai mengelola uang sehingga 3 tahun di Jepang tak berbekas sama sekali.
Untuk mencari aman, coba kamu konsultasikan dengan keluargamu di kampung halaman. Apa target yang ingin kamu capai selama 3 tahun bekerja di Jepang. Kamu juga perlu membuat cashflow pribadi. Setidaknya ini untuk melindungi tabunganmu.
Jangan sampai terlalu asyik di Jepang, ingat ada kedua orangtuamu yang masih selalu mengharapkanmu kembali.

Saat kamu sudah bisa menaklukkan negara Jepang, dengan sendirinya muncul rasa nyaman dalam diri. Bagimu, tak ada yang perlu dikhawatirkan, toh kamu sudah bisa mengatasi semuanya. Ibaratnya kamu sebenarnya sudah lulus 3 tahun, namun kenyamanan Negara Jepang yang membuat kamu enggan beranjak dari sana.
Hei, memang sih nyaman, tapi kamu jangan lupa ada kedua orang tuamu di Indonesia yang menunggu kepulanganmu. Senyaman-nyamannya Negeri Sakura, kampung halamanmu tetap jadi tempat indah dan nyaman untuk beristirahat ketika kamu pulang